30 December 2007

Inovasi

Mendengar kata "inovasi", sering kali pikiran kita membayangkan sesuatu yang canggih, belum pernah dibuat orang sebelumnya, dan didasari ide brilian yang radikal. Kemudian jika kita mencoba memikirkan produk-produk inovatif dengan kerangka pikir tersebut, biasanya kita tidak mendapatkan apa-apa. Ataupun jika kita bisa menghasilkan sebuah produk, yang didapatkan adalah keheranan atau ketidakmengertian orang terhadap produk itu, dan pada akhirnya membuat tidak ada seorangpun yang memakainya. Mungkin memang produk kita tadi sangat inovatif, tetapi sayangnya muncul pada situasi yang kurang pas -- an excellent product with a wrong timing.

Menurut saya, faktor penting yang harus ada dalam tiap usaha melahirkan inovasi adalah kemampuan (calon) pengguna dalam memahami inovasi tersebut. Inovasi harus berangkat dari current settings: kesadaran, penerimaan, kultur, tradisi, dan nilai yang ada saat itu. Tanpa akar yang kuat, produk inovasi hanya bisa dibayangkan saja tanpa dimengerti nilai inovasinya. Bahwa inovasi selalu diawali dengan ide brilian, itu benar. Tetapi ide brilian ini perlu disangkutkan dengan kondisi yang ada.

Inovasi tidak selalu harus canggih. Inovasi diukur dari nilai tambah yang dibangkitkannya, dari kemanfaatannya bagi pemakai. Bisa saja nilai tambah dan kemanfaatan ini dicapai melalui sentuhan-sentuhan sederhana, dan kelihatannya kesederhanaan malah menjadi pendorong diterimanya produk-produk inovasi. Sebagai contoh, WWW dianggap sebagai inovasi terbesar abad ini. Tapi saat Tim Berners-Lee membangun jaringan dokumen pertama sebagai cikal bakal Web, yang ia lakukan hanyalah membuat mekanisme yang dapat menghubungkan satu dokumen dengan dokumen lain, dan merancang protokol yang memungkinkan pemakainya menjalani jaringan dokumen yang terbentuk. Sesederhana itu saja. Sangat sederhana sehingga semua peneliti di CERN bisa mengapresiasi temuannya tersebut. Selanjutnya kabar tersiar keluar, dan semua orang saat ini menggunakannya.

Jadi, jika kita ingin berinovasi, lihatlah kondisi sekeliling kita. Baru eksplorasilah cara-cara baru untuk memperbaiki kondisi tersebut. Tiap kali memikirkan cara baru, perkirakan apakah pemakai bisa menerimanya.